Laman

Senin, 24 Maret 2014

Macam – Macam Uji Pembedaan




Pengujian Pembedaan ini meliputi :
A . Uji pembedaan Pasangan (Paired comparison/dual comparisation)
      merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk menilai ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji adalah jenis produk baru kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu yang sudah diterima oleh masyarakat.
Dalam penggunaannya uji pembedaan pasangan dapat memakai produk baku sebagai acuan atau hanya membandingkan dua contoh produk yang diuji. Sifat atau kriteria contoh disajikan tersebut harus jelas dan mudah untuk dipahami oleh panelis.
    - Cara Analisis
      Pembedaan pasangan menggunakan 2 (dua) contoh produk, sehingga peluang setiap bentuk dipilih adalah 0,5. kemudian seluruh penilaian panelis tersebut ditabulasikan.
      Penilaian lalu dibandingkan dengan tabel jumlah terkecil untuk menyatakan suatu contoh melalui metode distribusi binomial. Pada pengujian sirup, kriteria penilaian yang digunakan adalah rasa dan kemanisan, dan untuk keripik adalah rasa dan kerenyahan.
Data uji pasangan sirup dan keripik dari 15 orang panelis
Panelis
Sirup
Keripik
Rasa
Kemanisan
Rasa
Kerenyahan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
Jumlah
4
12
2
14
Data yang terdapat pada tabel 3.1 kemudian dicocokkan dengan lampiran 1 atau lamp. 2 untuk mengetahui perbedaan antar contoh yang diujikan. Dengan menggunakan Lampiran 1dapat diperoleh jumlah terkecil yang diperlukan untuk menyatakan beda nyata pada kedua contoh tersebut. Untuk jumlah panelis 15 orang adalah 12 orang pada tingkat 5%, 13 orang pada tingkat 1% dan 14 orang pada tingkat 0,1%. Suatu produk dinyatakan beda dengan pembanding atau dengan produk lainnya bila jumlah panelis yang menyatakan beda sesuai dengan jumlah tersebut.

B . Uji pembedaan Segitiga (triangle test)
              merupakan uji untuk mendeteksi perbedaan yang kecil, karenanya uji ini lebih peka dibandingkan dengan Uji Pasangan. Dalam Uji Segitiga disajikan 3 contoh sekaligus dan tidak dikenal adanya contoh pembanding atau contoh baku. Penyajian contoh dalam uji segitiga sedapat mungkin harus dibuat seragam agar tidak terdapat kesalahan atau bias karena pengaruh penyajian contoh.
                     Dalam uji segitiga ini disajikan 3 buah contoh sekaligus secara acak. Satu dari ketiga contoh tersebut berbeda dengan dua contoh lainnya .Contoh A adalah contoh yang berbeda dengan dua contoh B. Kode diberikan secara acak pada ke 3 contoh tersebut. Sebagai contoh dapat disajikan 3 jenis susu sapi pasturisasi dari 3 merek yang berbeda.
    - Cara Analisis 
       Karena pada Uji Segitiga disajikan 3 contoh, peluang panelis menilai benar adalah 1/3. Hasil penilaian panelis ditabelkan dan dianalisis dengan distribusi binomial atau tabel statistik seperti contoh berikut.
Data Uji Segitiga dari 10 orang panelis
Panelis
Susu
Warna
Kehalusan
Rasa
893
763
487
893
763
487
893
763
487
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
Jumlah
1
7
2
2
5
3
0
6
4
Dari tabel diatas dengan menggunakan tabel pada lampiran 2, maka untuk sepuluh orang panelis masing-masing diperlukan pendapat dari 7, 8, 9 orang pada tingkat 5, 1, 0,1% untuk menunjukkan adanya perbedaan. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan :
Untuk kriteria warna susu, susu A dn susu B berbeda nyata pada tingkat 5%.
Untuk kriteria kehalusan dan rasa, panelis tidak dapat menyatakan adanya perbedaan yang nyata karena jumlah panelis yang menjawab dengan tepat contoh yang berbeda belum memenuhi jumlah yang ditetapkan.

C . Uji Duo – Trio
Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (difference test). Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam – macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya oerbedaan atau persamaan antara duo produk dari komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi konsumen.
Uji duo trio bertujuan untuk mencari perbedaan yang kecil. Setiap panelis disajikan tiga contoh (dua contoh dari produk yang sama dan satu contoh dari produk yang berbeda). Uji duo trio hampir sama dengan uji segitiga, tetapi dalam uji ini dari awal sudah ditentukan pembanding yang dibandingkan dengan kedua contoh lainnya. Dalam penyajiannya, contoh ketiganya disajikan bersamaan. Panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 contoh lain yang beda dengan pembanding (reference).
Uji duo trio adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku dalam pengujian. Biasanya Uji Duo-trio digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan.
Pengujian pembedaan digunakanuntuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun demikian dalam pengujian dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapi merupakan untuk melaksanakan pembedaan selalu dua contoh yang dapat dipertentangkan. .
Pengujian duo-trio ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dua buah sampel atau mendeteksi. Perbedaan sifat yang tingkat perbedaannya hanya sedikit, misalnya untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil yang diperoleh dari dua kondisi yang sedikit berbeda. Uji duo-trio merupakan salah satu uji pembeda.Uji pembeda ini biasanya digunakanuntuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel yangdisajikan. Pada duo-trio ini digunakan sampel pembanding.

D . Uji Pembanding Jamak (Mulpiple Standar)
prinsipnya panelis menghadapi satu contoh baku dan satu atau lebih contoh yang akan diuji. Prinsip dari uji pembanding jamak adalah satu contoh uji dengan tiga atau lebih contoh pembanding, disajikan bersama-sama secara acak. Panelis diminta menilai satu contoh uji yang paling beda diantara contoh-contoh yang disajikan.

   E . Uji Pembanding Ganda (Dual Standard)
                Bentuk penguji an pcmbanding ganda menyerupai uji duo-trio. Jika pada uji duo- trio digunakan satu contoh baku sebagai pembanding maka pada uji pembanding ganda digunakan dua contoh baku sebagai pemban ding yaitu A dan B. Kedua contoh pembanding itu disuguhkan ber samaan sebelum contoh-contoh yang akan diuji diberikan. Panelis diwajibkan mengenali dan mengirigat sifat-sifat sensonik kedua contoh pembanding yang diujikan, misalnya jika baii tengik yang diujikan maka panelis harus sudah betul-betul mengenali dan hafal bau tengik itu dan pembauan. Setelah semua panelis yang akan melaksa nakan uji bau itu betul-betul mengetahui bau tengik pada contoh pembanding, barulah dua contoh yang diujikan disuguhkan secara acak.
Dalam pengujian mi panelis diminta menyebut yang mana dan kedua contoh yang diujikan sama dengan pembanding A dan yang mana yang sama dengan pembanding B. Uji mi balk untuk membe dakan bau-bauan atau sifat bau komoditi. Di samping itu uji mi juga baik digunakan untuk memilih suatu tim panelis yang akan diguna kan sebagai panel penguji pembedaan.

   F . Uji Rangsangan Tunggal
Uji rangsangan tunggal adalah salah satu metode uji pembeda dimana panelis disediakan  satu standar baku dan dua atau lebih sampel uji yang digunakan untuk penggolongan suatu contoh dengan contoh lainnya .Uji rangsangan tunggal merupakan metode uji pembeda dengan pembanding. Uji pembeda dengan pembanding diperlukan untuk tujuan untuk mengukur atau menilai pengaruh perlakuan . Pada praktikum uji rangsangan tunggal, panelis disediakan tiga contoh uji dan satu contoh pembanding. Ketiga contoh uji yang disajikan berdasarkan rasa, warna, dan aroma dibandingkan dengan satu contoh pembanding, kemudian panelis memberikan penilaian berdasarkan sifat inderawi terhadap contoh uji apakah terdapat perbedaan atau tidak dengan contoh pembanding.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji rangsangan tunggal terhadap rasa berbagai produk susu. Panelis disediakan tiga contoh uji minuman susu dengan kode 285, 513, dan 678 serta satu contoh pembanding. Panelis diminta untuk membandingkan rasa pada setiap contoh uji dengan contoh pembanding, kemudian mencicipi rasa dari contoh uji, lalu diberikaan penilaian dengan memberi tanda ”1” bila berbeda rasa dan tanda ”0” bila sama rasa dengan contoh pembanding pada kolom respon form uji.
Berdasarkan pada tabel rekapan data uji rangsangan tunggal, dari 30 panelis diperoleh sebanyak 17 panelis menyatakan bahwa contoh uji 285 sama dengan contoh pembanding, 4 panelis menyatakan bahwa contoh 513 sama dengan contoh pembanding, dan 27 panelis menyatakan bahwa contoh 678 sama dengan contoh pembanding. Berdasarkan tabel mengenai jumlah terkecil untuk menyatakan bedanyata pada uji ini untuk 30 panelis dibutuhkan untuk tingkat kepercayaan 5% adalah 21 , tingkat kepercayaan 1% dibutuhkan 23 panelis dan unuk tingkat kepercayaan 0.1% diperlukan 25 panelis.

G . Uji Pasangan Jamak (mulpiple Pairs)
                        adalah uji yang serupa dengan uji rangsangan tunggal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, apabila pada uji rangsangan tunggal digunakan satu buah contoh baku, maka pada uji pasangan jamak digunakan dua kelompok contoh yang harus dipisahkan atau dinilai apakah termasuk contoh kelompok A atau dinilai bukan kelompok A .
Uji pasangan jamak yang dilakukan kelompok P2 diikuti oleh 30 panelis. Bahan dalam pengujian pasangan jamak ini adalah mie instan. Sebagai bahan yang akan digunakan untuk perbandingan antara dua contoh, disediakan mie instan dengan merek yang berbeda dan dengan penyajian bahan yang berbeda pula menjadi kelompok A dan kelompok B. Untuk bahan uji mie yang digunakan, sudah diberikan kode masing-masing penyajiannya, yaitu 237, 456, 861, dan 951. Pemberian kode pada bahan yang akan diuji ini, agar panelis dapat membedakan dan mengidentifikasi apakah mie instan yang telah disajikan tergolong sama dengan mie instan kelompok A atau mie instan kelompok B. Pengujian pasangan jamak dilakukan untuk mengetahui seberapa lama penyimpanan mutu masih dapat diterima oleh masyarakat, sehingga panelis yang akan melakukan uji organoleptik dapat membedakan kode sajian mana yang tergolong dalam kelompok A dan kelompok B.
Pada pengujian pertama untuk kode 237, berdasarkan tabel pengamatan didapatkan hasil bahwa 20 panelis menyatakan bahan pengujian masuk kedalam kelompok A, 9 panelis menyatakan tergolong kelompok B, dan 1 panelis menyatakan tidak tergolong keduannya. Dapat simpulkan bahwa bahan uji 237 tergolong kelompok A dengan penyimpanan 3,33%. Uji pasangan jamak kedua untuk kode 456, berdasarkan tabel  10 panelis menyatakan bahwa mie  kode 456 masuk ke dalam kelompok A, 18 panelis menyatakan tergolong kelompok B, dan 2 orang menyatakan tidak tergolong keduanya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, bahan uji mie kode 456 tergolong ke dalam golongan A dan golongan B dengan perbandingan persentase 60% : 33,33% dan sisanya tidak masuk kedalam dua kelompok tersebut.
Uji pasangan jamak ketiga untuk kode 861, berdasarkan table dapat dilihat sebanyak 16 panelis menyatakan contoh bahan uji tergolong dalam kelompok A, 13 panelis menyatakan tergolong kedalam kelompok B, dan 1 panelis menyatakan tidak tergolong kedalam dua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahan uji mie dengan kode 861 termasuk golongan A dan juga golongan B dengan perbandingan 53,33 % : 43,33% dan sisanya tidak memilih keduanya. Terakhir uji pasangan jamak untuk kode 951, berdasarkan tabel dapat dilihat sebanyak 9 panelis menyatakan bahwa mie dengan kode 951 tergolong kelompok A dan 21 panelis menyatakan tergolong kekelompok B. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kode 951 masuk kedalam golongan kelompok B dengan persentase penyimpangan 30%.

H . Uji Deksripsi
Pengujian-pengujian sebelumnya penilaian sensorik didasarkan pada satu sifat sensorik, sehingga disebut “penilaian satu demensi”. Pengujian ini merupakan penilaian sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang lebih kompleks atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu suatu komoditi umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pada uji ini banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa sebagai keseluruhan sehingga dapat menyusun mutu sensorik secara keseluruhan. Sifat sensorik yang dipilih sebagai pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap perubahan mutu dan yang paling relevan terhadap mutu. Sifat-sifat sensorik mutu tersebut termasuk dalam atribut mutu.