Pengujian Pembedaan ini meliputi :
A . Uji pembedaan Pasangan (Paired comparison/dual
comparisation)
merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk menilai
ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji
adalah jenis produk baru kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu yang
sudah diterima oleh masyarakat.
Dalam penggunaannya uji pembedaan pasangan dapat memakai
produk baku sebagai acuan atau hanya membandingkan dua contoh produk yang
diuji. Sifat atau kriteria contoh disajikan tersebut harus jelas dan mudah
untuk dipahami oleh panelis.
- Cara Analisis
Pembedaan pasangan menggunakan 2 (dua) contoh produk, sehingga peluang
setiap bentuk dipilih adalah 0,5. kemudian seluruh penilaian panelis tersebut
ditabulasikan.
Penilaian lalu dibandingkan dengan tabel jumlah terkecil untuk menyatakan
suatu contoh melalui metode distribusi binomial. Pada pengujian sirup, kriteria penilaian yang
digunakan adalah rasa dan kemanisan, dan untuk keripik adalah rasa dan
kerenyahan.
Data uji pasangan sirup dan
keripik dari 15 orang panelis
Panelis
|
Sirup
|
Keripik
|
||
Rasa
|
Kemanisan
|
Rasa
|
Kerenyahan
|
|
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
|
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
|
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
|
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
|
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
|
Jumlah
|
4
|
12
|
2
|
14
|
Data yang terdapat pada tabel 3.1
kemudian dicocokkan dengan lampiran 1 atau lamp. 2 untuk mengetahui perbedaan
antar contoh yang diujikan. Dengan menggunakan Lampiran 1dapat diperoleh jumlah
terkecil yang diperlukan untuk menyatakan beda nyata pada kedua contoh
tersebut. Untuk jumlah panelis 15 orang adalah 12 orang pada tingkat 5%, 13
orang pada tingkat 1% dan 14 orang pada tingkat 0,1%. Suatu produk dinyatakan
beda dengan pembanding atau dengan produk lainnya bila jumlah panelis yang
menyatakan beda sesuai dengan jumlah tersebut.
B . Uji pembedaan Segitiga (triangle test)
merupakan uji untuk mendeteksi perbedaan yang kecil, karenanya uji ini
lebih peka dibandingkan dengan Uji Pasangan. Dalam Uji Segitiga disajikan 3
contoh sekaligus dan tidak dikenal adanya contoh pembanding atau contoh baku.
Penyajian contoh dalam uji segitiga sedapat mungkin harus dibuat seragam agar
tidak terdapat kesalahan atau bias karena pengaruh penyajian contoh.
Dalam uji segitiga ini disajikan 3 buah contoh sekaligus
secara acak. Satu dari ketiga contoh tersebut berbeda dengan dua contoh lainnya
.Contoh A adalah contoh
yang berbeda dengan dua contoh B. Kode diberikan secara acak pada ke 3 contoh
tersebut. Sebagai contoh dapat disajikan 3 jenis susu sapi pasturisasi dari 3
merek yang berbeda.
- Cara Analisis
Karena pada Uji Segitiga
disajikan 3 contoh, peluang panelis menilai benar adalah 1/3. Hasil penilaian
panelis ditabelkan dan dianalisis dengan distribusi binomial atau tabel
statistik seperti contoh berikut.
Data Uji Segitiga dari 10 orang
panelis
Panelis
|
Susu
|
||||||||
Warna
|
Kehalusan
|
Rasa
|
|||||||
893
|
763
|
487
|
893
|
763
|
487
|
893
|
763
|
487
|
|
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
|
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
|
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
|
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
|
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
|
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
|
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
|
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
|
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
|
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
|
Jumlah
|
1
|
7
|
2
|
2
|
5
|
3
|
0
|
6
|
4
|
Dari tabel diatas dengan menggunakan tabel pada
lampiran 2, maka untuk sepuluh orang panelis masing-masing diperlukan pendapat
dari 7, 8, 9 orang pada tingkat 5, 1, 0,1% untuk menunjukkan adanya perbedaan.
Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan :
Untuk kriteria warna susu, susu A
dn susu B berbeda nyata pada tingkat 5%.
Untuk kriteria kehalusan dan
rasa, panelis tidak dapat menyatakan adanya perbedaan yang nyata karena jumlah
panelis yang menjawab dengan tepat contoh yang berbeda belum memenuhi jumlah
yang ditetapkan.
C . Uji Duo – Trio
Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian
pembedaan (difference test). Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai
pengaruh macam – macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan
pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya oerbedaan atau persamaan
antara duo produk dari komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi
konsumen.
Uji duo trio bertujuan untuk mencari perbedaan yang
kecil. Setiap panelis disajikan tiga contoh (dua contoh dari produk yang sama
dan satu contoh dari produk yang berbeda). Uji duo trio hampir sama dengan uji
segitiga, tetapi dalam uji ini dari awal sudah ditentukan pembanding yang
dibandingkan dengan kedua contoh lainnya. Dalam penyajiannya, contoh ketiganya
disajikan bersamaan. Panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 contoh lain
yang beda dengan pembanding (reference).
Uji duo trio adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi
adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena
adanya contoh baku dalam pengujian. Biasanya Uji Duo-trio digunakan untuk
melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu
bahan.
Pengujian pembedaan digunakanuntuk menetapkan apakah
ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun
demikian dalam pengujian dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama
tetapi merupakan untuk melaksanakan pembedaan selalu dua contoh yang dapat
dipertentangkan. .
Pengujian duo-trio ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
dua buah sampel atau mendeteksi. Perbedaan sifat yang tingkat perbedaannya
hanya sedikit, misalnya untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil yang
diperoleh dari dua kondisi yang sedikit berbeda. Uji duo-trio merupakan salah
satu uji pembeda.Uji pembeda ini biasanya digunakanuntuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan antara sampel yangdisajikan. Pada duo-trio ini
digunakan sampel pembanding.
D . Uji Pembanding Jamak (Mulpiple Standar)
prinsipnya panelis menghadapi satu contoh baku dan satu atau lebih contoh
yang akan diuji. Prinsip dari uji pembanding jamak adalah satu contoh uji
dengan tiga atau lebih contoh pembanding, disajikan bersama-sama secara acak.
Panelis diminta menilai satu contoh uji yang paling beda diantara contoh-contoh
yang disajikan.
E . Uji
Pembanding Ganda (Dual Standard)
Bentuk
penguji an pcmbanding ganda menyerupai uji duo-trio. Jika pada uji duo- trio
digunakan satu contoh baku sebagai pembanding maka pada uji pembanding ganda
digunakan dua contoh baku sebagai pemban ding yaitu A dan B. Kedua contoh
pembanding itu disuguhkan ber samaan sebelum contoh-contoh yang akan diuji
diberikan. Panelis diwajibkan mengenali dan mengirigat sifat-sifat sensonik
kedua contoh pembanding yang diujikan, misalnya jika baii tengik yang diujikan
maka panelis harus sudah betul-betul mengenali dan hafal bau tengik itu dan
pembauan. Setelah semua panelis yang akan melaksa nakan uji bau itu betul-betul
mengetahui bau tengik pada contoh pembanding, barulah dua contoh yang diujikan
disuguhkan secara acak.
Dalam pengujian mi panelis diminta menyebut yang mana dan kedua contoh yang diujikan sama dengan pembanding A dan yang mana yang sama dengan pembanding B. Uji mi balk untuk membe dakan bau-bauan atau sifat bau komoditi. Di samping itu uji mi juga baik digunakan untuk memilih suatu tim panelis yang akan diguna kan sebagai panel penguji pembedaan.
Dalam pengujian mi panelis diminta menyebut yang mana dan kedua contoh yang diujikan sama dengan pembanding A dan yang mana yang sama dengan pembanding B. Uji mi balk untuk membe dakan bau-bauan atau sifat bau komoditi. Di samping itu uji mi juga baik digunakan untuk memilih suatu tim panelis yang akan diguna kan sebagai panel penguji pembedaan.
F . Uji
Rangsangan Tunggal
Uji rangsangan tunggal adalah salah
satu metode uji pembeda dimana panelis disediakan satu standar baku dan dua atau lebih sampel
uji yang digunakan untuk penggolongan suatu contoh dengan contoh lainnya .Uji rangsangan tunggal merupakan metode uji pembeda
dengan pembanding. Uji pembeda dengan pembanding diperlukan untuk tujuan untuk
mengukur atau menilai pengaruh perlakuan . Pada praktikum uji rangsangan
tunggal, panelis disediakan tiga contoh uji dan satu contoh pembanding. Ketiga
contoh uji yang disajikan berdasarkan rasa, warna, dan aroma dibandingkan
dengan satu contoh pembanding, kemudian panelis memberikan penilaian
berdasarkan sifat inderawi terhadap contoh uji apakah terdapat perbedaan atau
tidak dengan contoh pembanding.
Pada praktikum ini, dilakukan
pengujian uji rangsangan tunggal terhadap rasa berbagai produk susu. Panelis
disediakan tiga contoh uji minuman susu dengan kode 285, 513, dan 678 serta
satu contoh pembanding. Panelis diminta untuk membandingkan rasa pada setiap
contoh uji dengan contoh pembanding, kemudian mencicipi rasa dari contoh uji,
lalu diberikaan penilaian dengan memberi tanda ”1” bila berbeda rasa dan tanda
”0” bila sama rasa dengan contoh pembanding pada kolom respon form uji.
Berdasarkan pada tabel rekapan data
uji rangsangan tunggal, dari 30 panelis diperoleh sebanyak 17 panelis
menyatakan bahwa contoh uji 285 sama dengan contoh pembanding, 4 panelis
menyatakan bahwa contoh 513 sama dengan contoh pembanding, dan 27 panelis
menyatakan bahwa contoh 678 sama dengan contoh pembanding. Berdasarkan tabel
mengenai jumlah terkecil untuk menyatakan bedanyata pada uji ini untuk 30
panelis dibutuhkan untuk tingkat kepercayaan 5% adalah 21 , tingkat kepercayaan
1% dibutuhkan 23 panelis dan unuk tingkat kepercayaan 0.1% diperlukan 25
panelis.
G . Uji
Pasangan Jamak (mulpiple Pairs)
adalah uji yang serupa dengan uji rangsangan tunggal
dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, apabila pada uji rangsangan tunggal
digunakan satu buah contoh baku, maka pada uji pasangan jamak digunakan dua
kelompok contoh yang harus dipisahkan atau dinilai apakah termasuk contoh
kelompok A atau dinilai bukan kelompok A .
Uji pasangan jamak
yang dilakukan kelompok P2 diikuti oleh 30 panelis. Bahan dalam pengujian
pasangan jamak ini adalah mie instan. Sebagai bahan yang akan digunakan untuk
perbandingan antara dua contoh, disediakan mie instan dengan merek yang berbeda
dan dengan penyajian bahan yang berbeda pula menjadi kelompok A dan kelompok B.
Untuk bahan uji mie yang digunakan, sudah diberikan kode masing-masing
penyajiannya, yaitu 237, 456, 861, dan 951. Pemberian kode pada bahan yang akan
diuji ini, agar panelis dapat membedakan dan mengidentifikasi apakah mie instan
yang telah disajikan tergolong sama dengan mie instan kelompok A atau mie instan
kelompok B. Pengujian pasangan jamak dilakukan untuk mengetahui seberapa lama
penyimpanan mutu masih dapat diterima oleh masyarakat, sehingga panelis yang
akan melakukan uji organoleptik dapat membedakan kode sajian mana yang
tergolong dalam kelompok A dan kelompok B.
Pada pengujian pertama untuk kode 237, berdasarkan tabel
pengamatan didapatkan hasil bahwa 20 panelis menyatakan bahan pengujian masuk
kedalam kelompok A, 9 panelis menyatakan tergolong kelompok B, dan 1 panelis
menyatakan tidak tergolong keduannya. Dapat simpulkan bahwa bahan uji 237
tergolong kelompok A dengan penyimpanan 3,33%. Uji pasangan jamak kedua untuk kode 456, berdasarkan tabel 10 panelis menyatakan bahwa mie kode 456 masuk ke dalam kelompok A, 18 panelis menyatakan tergolong kelompok B, dan 2 orang menyatakan
tidak tergolong keduanya. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan, bahan uji mie kode 456 tergolong ke dalam golongan A dan golongan B
dengan perbandingan persentase 60% : 33,33% dan sisanya tidak masuk kedalam dua kelompok tersebut.
Uji pasangan jamak ketiga untuk kode 861, berdasarkan table dapat dilihat
sebanyak 16 panelis menyatakan contoh bahan uji tergolong dalam kelompok A, 13 panelis menyatakan tergolong kedalam kelompok B, dan 1 panelis menyatakan tidak tergolong kedalam dua kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahan uji mie dengan kode 861
termasuk golongan A dan juga golongan B dengan perbandingan 53,33 % : 43,33%
dan sisanya tidak memilih keduanya. Terakhir uji pasangan jamak untuk kode 951, berdasarkan tabel dapat dilihat
sebanyak 9 panelis menyatakan bahwa mie dengan kode 951 tergolong kelompok A dan 21 panelis menyatakan tergolong kekelompok B. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa kode 951 masuk kedalam golongan kelompok B dengan persentase penyimpangan 30%.
H . Uji Deksripsi
Pengujian-pengujian sebelumnya penilaian sensorik didasarkan pada satu
sifat sensorik, sehingga disebut “penilaian satu demensi”. Pengujian ini
merupakan penilaian sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang
lebih kompleks atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu
suatu komoditi umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pada uji ini
banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa sebagai keseluruhan sehingga dapat
menyusun mutu sensorik secara keseluruhan. Sifat sensorik yang dipilih sebagai
pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap perubahan mutu dan yang paling
relevan terhadap mutu. Sifat-sifat sensorik mutu tersebut termasuk dalam
atribut mutu.