![]() | |
Sudah menjadi sesuatu yang diketahui umum, yaitu adanya dampak yang sangat kentara dari alkohol terhadap otak dan kerja hati (liver), kecuali apabila hal itu digunakan untuk tujuan-tujuan sosial atau untuk medis. Ada sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa penggunaan alkohol dalam jumlah kecil tidak berdampak pada toksin atau mempengaruhi anggota tubuh lainnya sehingga tidak boleh melarang penggunaan alkohol.
"Sebuah jumlah alkohol yang mungkin bermanfaat untuk pria adalah tidak baik bagi perempuan sama sekali," kata Hiroyasu Iso, MD, rekan penulis studi dan profesor kesehatan masyarakat di Osaka University di Jepang.
Para peneliti menganalisis data dari survei terhadap 34.776 pria dan 48.906 perempuan (usia antara 40 hingga 79) yang dipilih dari Collaborative Study Cohort besar Jepang (JaCC) untuk menentukan hubungan antara penggunaan alkohol dengan risiko stroke dan penyakit jantung. Peserta yang tidak mengalami penyakit kanker, stroke atau jantung sebelum penelitian melengkapi kuesioner tentang gaya hidup mereka dan sejarah medis dan memberikan informasi tentang minum mereka sake (anggur beras), shochu (sejenis brandy), bir, wiski, dan / atau anggur .
Para peneliti menghitung risiko dan manfaat dari konsumsi alkohol setelah disesuaikan untuk usia dan beberapa faktor risiko lainnya, termasuk merokok, berat, indeks massa tubuh, adanya tekanan darah tinggi atau diabetes, kebiasaan olahraga, stres, pendidikan dan diet.
Selama 14,2 tahun follow up, 1.628 peserta meninggal dari stroke dan 736 meninggal akibat penyakit jantung.
Pria yang melaporkan minum banyak (setidaknya 46 gram alkohol per hari, setara dengan empat atau lebih minuman beralkohol standar) pada saat survei memiliki risiko 19 persen lebih rendah dari kematian akibat penyakit jantung koroner daripada pria nondrinking.
Berbeda sekali, wanita yang minum yang banyak empat kali lipat risiko kematian penyakit jantung atas bahwa perempuan nondrinking. Minum Light (kurang dari 23 gram alkohol per hari, sekitar dua gelas sehari) melaporkan survei dikaitkan dengan risiko lebih rendah dari kematian penyakit jantung pada wanita sebesar 17 persen, sedangkan asupan antara 23 dan 46 gram per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko 45 persen.
Pada pria, penggunaan alkohol yang berat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dari semua jenis stroke sebesar 48 persen. Risiko hemorrhagic stroke (disebabkan oleh pembuluh darah meledak di otak) meningkat 67 persen. Risiko stroke iskemik (disebabkan oleh pembuluh darah di otak tersumbat atau menuju ke sana) lebih tinggi sebesar 35 persen.
Pada wanita, penggunaan alkohol yang berat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi stroke sebesar 92 persen. Hemorrhagic stroke risiko kematian meningkat sebesar 61 persen. Risiko kematian stroke iskemik meningkat 2,43 kali.
Sebelum studi ini, bukti menyarankan bahwa cahaya-sampai sedang konsumsi alkohol mungkin berhubungan dengan rendahnya risiko penyakit kardiovaskuler pada wanita. Namun data pada minum berat terbatas dan pertanyaan tidak pernah dibahas dalam sebuah negara Asia, di mana kedua minum dan penyakit jantung kurang umum.
"Salah satu batasan dari studi ini adalah bahwa, dalam budaya Jepang, ada pembatasan sosial terhadap perempuan minum ketika usia mereka bertambah," kata Iso.
Sistem
elektris jantung bisa dicatatkan pada grafik informasi yang terdapat pada
monitor khusus yang bergerak cepat-terbatas dan konstan. Gerakan tersebut
menghasilkan garis elektris yang dikenal dengan dengan garis elektris jantung (Electro-cardiography;
ECG). Orang yang memnun alkohol akan mengalami gangguan pada ritme jantung
yang terkadang sebagian tidak berfungsi. Terkadang keadaan ini bisa menyebabkan
kematian mendadak bagi pecandu alkohol.
Attinger dan rekannya melakukan penelitian pada 42 pecandu alkohol tentang
gangguan pada ritme jantung. Diketahui mereka yang sering tidak masuk bekerja
dalam seminggu adalah mereka yang meminum banyak alkohol. Oleh karena itu,
mereka mangalami gangguan jantung pada hari libur (heart syndrome the
holiday).
Gangguan yang mereka alami di antaranya meningkatnya ritme bilik jantung (paroxysmal
atrial tachycardia), detak kerutan blik jantung dan bilik pembangkit,
percepatan sistem bilik jantung dan kontraksi bilik jantung. Yang terakhir ini
(kontraksi bilik jantung) yang paling sering terjadi pada pecandu alkohol
mereka merasakan detak jantung yang keras dan tidak beraturan. Kondisi ini
terkadang berakibat fatal, dan dapat mengakibatkan pecandunya meninggal dunia
secara tiba-tiba.
Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa alkohol mempengaruhi tekanan untuk
mencapai sistem elektris jantung. Dampak lebih jauh para pecandu alkohol adalah
rusaknya otot lambung. Temuan ini diperkuat oleh Dr. Seagal dan rekannya yang
mengatakan bahwa meskipun alkohol diminum satu kali, pasti tetap akan menyerang
sistem mekanis dan sistem elektris jantung orang yang meminumnya.
Dampak alkohol tidak terlalu parah jika tidak ada penyakit lain (komplikasi)
pada orang yang meminumya. Namun, orang yang mengalami masalah pada jantungnya,
akan sangat berbahaya jika mengkonsumsi minuman keras alkohol.
Para pakar menemukan bahwa jika
manusia meminum alkohol enam kali dalam 24 jam, detak jantungnya meningkat dari
kondisi normal dan bertambah menjadi 12 detik per menit. Tindakan yang tidak
biasa ini menyebabkan jantung harus melemah sepanjang hari. Kondisi ini
mempengaruhi otot dan saraf. Cepat atau lambat pengaruh ini akan menurunkan
kemampuan jantung melakukann fungsinya. Dampak berikutnya adalah otot menjadi
lebar dan longgar sehingga tidak mampu lagi memompa darah. Pada akhirnya, darah
yang di butuhkan angggota tubuh berkurang.